November 9, 2014

Mesin Tetas Jenis Still Air Vs Forced Air

0 comments


Dalam proses penetasan secara buatan terdapat dua type mesin tetas yang digunakan. Kedua jenis tersebut adalah Still Air Incubators dan Forced Draught Incubator. Berikut akan kami ulas mengenai kelebihan dan kekurangan serta definisi dari masing-masing jenis.

1. Jenis Still Air

Still Air dapat diartikan aliran udara yang penyebarannya tetap, atau secara alami satu arah dari tempat yang bersuhu relative panas ke tempat bersuhu relative dingin. Penyebaran panas pada mesin tetas jenis Still Air terpancar pada satu titik ke permukaan telur saja, sehingga berakibat penerimaan panasnya tidak dapat merata. Kelembaban udara hanya diperoleh dari uap air didalam nampan/bak air yang ditempatkan di bawah rak telur. Pada type ini harus dilakukan pemutaran telur agar mendapat panas yang merata. Sumber pemanasnya bisa berasal dari minyak tanah (teplok), listrik, briket bioarang (anglo).

Mesin tetas jenis Still Air biasanya digunakan pada mesin tetas sederhana berkapasitas telur yang terbatas, yakni sekitar 100 - 350 butir telur ayam saja. Hal ini dikarenakan pada jenis still air hanya mengandalkan perambatan panas dari sumber pemanas menuju permukaan telur secara alami saja, sehingga kurang efektif jika digunakan pada mesin tetas berkapasitas besar. Merakit mesin tetas sederhana kapasitas kecil (misalnya 30 – 100 telur) akan mendapatkan daya tetas yang optimal sampai 90% . Walaupun tanpa kipas untuk sirkulasi udara, tanpa semprotan uap air untuk mempertahankan kelembaban udara sekitar sudah cukup memadai.

2. Type Forced Air

Forced Air dapat diartikan aliran udara yang penyebarannya dipaksakan, sehingga terjadi sirkulasi udara yang mengalir didalam ruang mesin tetas. Dengan kipas angin (mini box fan) akan mengalirkan udara panas merata ke seluruh bagian inkubator, memaksa apa yang seharusnya bergerak ke atas bisa ke bawah, berputar dan sesekali menghisap udara segar dari ventilasi untuk mempertahankan kadar oksigen yang cukup untuk telur-telur yang tetaskan. Bahkan dalam kondisi tertentu untuk membuang karbon dioksida dengan membuka exhaust (ventilasi) dengan menghindari efek kehilangan kelembaban yang terlalu tinggi.

Namun membangun mesin tetas kapasitas besar dengan jenis forced air tidak semudah membangun tipe kecil pada jenis still air. Dengan kata lain tidak hanya sekedar membesarkan ukurannya saja. Perubahan ukuran dari kecil ke besar dalam faktanya tidak hanya sekedar memperbesar ukuran kotaknya saja, melainkan harus mempertimbangkan berbagai perubahan thermodinamika atau sifat pemerataan panas dan kelembaban akibat perubahan ukuran inkubator dan disainnya dimana inkubator ukuran besar menuntut rancangan rak bersusun untuk efisiensi ruangan.

Tags:


Related posts :







Cari Artikel Seputar Unggas Disini


Leave a Reply

Silahkan beri komentar setelah Anda membaca Artikel di blog ini