Dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa (China), simbol cinta sejati dilambangkan dengan sepasang itik mandarin.
Menurut kepercayaan dan tradisi mereka, bebek mandarin dipercaya dapat mendatangkan kebahagian terutama bagi pengantin yang baru menikah. Karena kepercayaan inilah, maka dalam setiap upacara pernikahan gambar atau photo bebek mandarin kerap menghiasi tempat pernikahan. Bahkan dalam praktek Feng Shui, dipercaya bahwa lukisan atupun ukiran bebek ini dapat menimbulkan rasa cinta yang mendalam bagi kehidupan seseorang.
Dari sekian banyak cerita rakyat, salah satu kisah cinta sepasang kekasih yang populer adalah Legenda pohon Catalpa dan mandarin duck. Dalam cerita ini, Han Ping digambarkan sebagai seorang pemuda yang mempunyai seorang istri yang sangat dicintainya. Sedangkan He Si adalah wanita pujaan hati yang memiliki paras dan rupa yang cantik.
Pada zaman itu, kerajaan dipegang oleh seorang kaisar bernama Kang. Kaisar Kang sangat tertarik oleh kecantikan yang dimiliki He Si dan ingin menjadikannya sebagai selir.
Pada suatu waktu kedua pasangan ini harus berpisah, antara perasaan takut dan cemas, akhirnya He Si melepaskan kepergian suaminya. Tak lama setelah kepergian Han Ping, He Si mendapat kabar yang sangat merisaukan hatinya. Ternyata suaminya dibuang ke daerah perbatasan sebagai pekerja paksa.
Menerima kenyataan ini, membuat perasaannya sedih dan kecewa. Dalam kesedihannya, He Si menulis surat dalam rangkaian syair yang bermakna dalam dan bermaksud mengirimkan surat tersebut kepada suaminya. Tapi apa daya, surat tersebut jatuh ke tangan Kaisar yang kemudian menyuruh orang terpelajar untuk merjemahkan isi syairnya :
‘Hujan tak putus-putusnya’ melukiskan duka yang dalam dan tangisan yang tiada berakhir,
‘Sungai begitu lebar dan dalam’ artinya perpisahan panjang dan tak mungkin bertemu kembali,
‘Matahari terbit dan jantung’ menggambarkan putus asa dan kematian saja.
Membaca isi surat dari istri tercinta, Han Ping putus asa lalu mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Mendengar kematian suaminya membuat He Si terpuruk, sedih bahkan hampir gila. Ia menuangkan cuka ke pakaiannya sebagai pertanda luka yang dalam dan pahit.
Pada suatu hari Kaisar mengajaknya ke atas menara istana, alkisah He Si menjatuhkan dirinya, terjun bebas dan mati. Di pinggangnya ditemukan sebuah surat yang menyatakan isi hatinya bahwa ia lebih baik mati bersama suaminya daripada bergelimang harta hidup di istana.
Dalam suratnya, He Si meminta agar jasadnya dikuburkan berdampingan dengan kubur suaminya. Mendengar kabar ini, Kaisar menjadi sangat marah dan memerintahkan untuk menguburkan jasad He Si jauh dari suaminya.
Setelah setahun berlalu dari kedua makam pasangan kekasih ini kemudian tumbuh tunas pohon catalpa yang semakin hari semakin besar. Dalam setahun saja pohon ini tumbuh sangat besar dengan dahan yang panjang terlihat seperti tangan orang yang ingin saling meraih dan berpelukan erat. Daun pohon yang rindang seperti menauingi ke dua makam ini.
Selain kejadian tersebut, pemandangan unik juga sering dilihat dan dijumpai orang yang melintas sekitar kuburan itu. Di atas pohon terlihat sepasang bebek mandarin dengan bulu berwarna warni. Setiap hari sepasang bebek mandarin bersarang di dahan pohon catalpa dan menyanyikan lagu-lagu bernada sedih. Suara bebek ini terdengar mengharukan bagaikan ungkapan sepasang kekasih yang tak ingin terpisahkan.
Konon sepasang mandarin yang besarang di pohon catalpa adalah titisan Han Ping dan He Si. Hingga sekarang di wilayah Sui Yang terdapat sebuah kota dengan nama Han Ping. Sedangkan lagu rakyat yang menggambarkan tragedi dan kisah cinta Han Ping dan He Si masih populer. Demikian juga dengan praktek Feng Shui tentang makna sepasang bebek mandarin sebagai simbol cinta sepasang kekasih.
Diterjemahkan dari: www.wildmallard.blogspot.com
Minta info yg menjual itik mandarin Gan ? Terima kasih.
@Heru: Kami pernah menjumpai di pasar burung Bratang Surabaya