November 12, 2013

Beberapa Hal Yang Berkaitan Dengan Proses Penetasan

0 comments


Berikut ini adalah berbagai hal yang perlu diketahui oleh para peternak unggas berkaitan dengan proses penetasan telur.

A. NILAI SEX RATIO UNTUK MENGHASILKAN TELUR FERTIL.

Sex ratio adalah perbandingan jumlah jantan dan betina pada bangsa unggas menentukan tingkat fertilitas telur yang dihasilkan. Fertilitas telur wajib hukumnya untuk telur yang akan ditetaskan. Imbangan jantan dan betina ( jantan : betina ) pada bangsa unggas dapat tetapkan sebagai berikut : untuk angsa 1 : 3 sampai 4 ekor, itik 1:10 sampai 15 ekor, ayam ras 1 : 5 sampai 8 ekor, buras 1 : 8 sampai 10 ekor, puyuh (Coturnix coturnix japonica) 1 : 3 sampai 4 ekor, merpati 1 : 1 (monogami). Semakin kecil sex rationya akan menghasilkan tingkat fertilitas yang tinggi pula, disebabkan karena kesempatan untuk kawin setiap saat ada, bila dibandingkan dengan jumlah yang melebar. Namun bila ditinjau dari segi ekonomis imbangan yang sempit merugikan, oleh karena itu sebaiknya pedoman yang penulis uraikan dapat dijadikan patokannya.

B. HARGA TELUR TETAS LEBIH MAHAL DARIPADA TELUR KONSUMSI.

Jenis telur pada bangsa unggas dibagi menjadi 2 jenis, jenis pertama yang disebut telur konsumsi dan yang kedua telur tetas. Telur konsumsi adalah telur yang berasal dari induk bangsa unggas yang tidak mempermasalahkan mengenai fertilitas, telur-telur tersebut ada yang dibuahi oleh pejantan ada pula yang tidak, bahkan ada yang seluruh telur-telur tersebut tidak dibuahi oleh pejantan (contohnya telur ayam ras dengan sistem kandang baterai. Dengan demikian telur konsumsi tidak bisa ditetaskan karena infertil (tak subur). Telur tetas adalah telur yang berasal dari induk yang telah dibuahi oleh pejantan, sehingga dapat ditetaskan karena telur tersebut fertil (bertunas atau memiliki bakal embrio). Oleh karena telur tetas berasal dari induk jantan dan betina maka jumlah unggas yang dipelihara lebih banyak bila dibandingkan yang tanpa pejantan ( sebagai misal : untuk memperoleh telur setiap hari 10 butir, jika imbangan jantan betina 1 : 2, maka jumlah unggas yang dipelihara 10 ekor induk betina dan 5 ekor pejantan untuk menghasilkan 10 butir telur tetas, sedangkan untuk menghasilkan telur konsumsi 10 butir, maka jumlah unggas yang dipelihara hanya 10 ekor induk saja). Dan menurut pengalaman penulis unggas yang dicampur jantan dan betina produksi telurnya lebih rendah bila dibandingkan dengan unggas induk sejenis, hal ini diduga terganggunya saat bertelur. Berdasarkan tersebut maka biaya produksinya lebih banyak induk penghasil telur tetas, dengan demikian umumnya harga telur tetas lebih mahal bila dibandingkan dengan telur konsumsi.

C. CLUTCH BERPENGARUH PADA DAYA TETAS TELUR.

Clutch adalah jarak antara peneluran pertama ke peneluran berikutnya yang terjadi pada unggas ( misalnya tanggal 1 induk bertelur sebutir dan tanggal-tangal berikutnya si induk tersebut bertelur kembali). Ada 2 jenis Clutch, jenis pertama clutch sempit dan ke dua clutch renggang. Sebagai contoh clutch sempit jika si induk bertelur setiap hari, sedangkan clutch renggang jika si induk bertelur selang beberapa hari. Jadi clutch berkorelasi terhadap tinggi rendahnya produksi telur unggas. Menurut Sugandi (1990 ) bahwa semakin tinggi produksi telur induk akan menghasilkan tingkat daya tetas yang tinggi bila dibandingkan dari induk yang berperoduksi rendah. Hal ini diduga jika induk unggas berproduksi tinggi berarti Induk tersebut berasal dari bibit genetik yang unggul, berasal dari induk yang diberi nutrisi yang rasional, pembentukan sebutir telurnya normal.

D. MUNGKINKAH SATU EKOR INDUK UNGGAS MENGHASILKAN 2 BUTIR TELUR SEHARI ?

Saluran telur pada unggas disebut oviduct. Saluran tersebut dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya ialah : infundibulum, magnum, istmus, cloaka. Secara normal sebutir telur melewati bagian-bagian tersebut memakan waktu sekitar 25,1 jam ( sehari lebih 1 jam ). Nah, dengan demikian secara ilmu pengetahun yang berkiblat pada dalil yang mengatakan bahwa sebutir telur dibentuk selama sehari lebih satu jam, maka tak akan mungkin seekor induk akan bertelur sehari 2 butir.

E. MASA KRITIS DALAM PROSES PENETASAN.

Masa kritis adalah waktu yang sangat penting dan penentu keberhasilan dalam proses penetasan telur. Masa kritis pertama dihitung dari hari ke satu sampai dengan hari ke tiga setelah telur dimasukkan dalam mesin tetas. Untuk masa kritis pertama ini seluruh telur bangsa unggas adalah sama hitungannya. Dalam masa kritis pertama ini akan terjadi proses pembentukan alat-alat vital dalam organ tubuh embrio seperti pembuluh darah, jantung, ginjal dll, agar pembentukan organ vital tersebut dapat berjalan dengan sempurna harus dibutuhkan suhu mesin tetas untuk ayam 38 oC. Oleh karena itu jika saat masa kritis pertama tersebut sumber pemanasnya terganggu (listrik mati, lampu teplok yang tak memenuhi syarat), maka akan terjadi kegagalan karena embrio mati. Pada masa kritis ke dua, yakni pada 3 hari terakhir semua organ tubuh termasuk bulu sudah terbentuk. Nah untuk melakukan pemecahan pada kulit telur (proses pipping) si embrio tersebut membutuhkan energi atau tenaga untuk proses pipping, yang mana dibutuhkan suhu sekitar 38 - 39 oC dan kelembaban 70 – 80 %. Nah, jika suhu dan kelembaban tak terpenuhi karena sumber pemanas terganggu ( listrik mati, dsb), maka akan terjadi kegagalan sehingga embrio tidak menetas sebab mati didalam telur (mati bungkus). Dengan demikian faktor suhu, kelebaban dan operatorlah yang memegang peranan penting dalam mengatur agar masa kritis dapat berjalan dengan lancar.

F. HUBUNGAN ANTARA JENIS TELUR DENGAN KEBUTUHAN PANAS DALAM MESIN TETAS.

Yang termasuk unggas (poultry) adalah ayam, itik, kalkun, entok, puyuh, merpati, angsa, walet dan atau bangsa burung lainnya. Dari jenis unggas tersebut yang sudah banyak dikonsumsi masyarakat dan diteliti oleh peneliti adalah ayam, itik, kalkun, puyuh, entok dan angsa. Semakin besar tubuh dari unggas ada kecenderungannya untuk menghasilkan besaran telurnya semakin besar pula. Dalam proses penetasan suhu dan kelembaban dalam mesin tetas memegang peranan penting disamping faktor-faktor lainnya. Jika telur dari jenis unggas tersebut akan ditetaskan maka kebutuhan akan suhu dalam mesin tetasnya akan berbeda pula. Hal ini disebabkan karena semakin besar telur akan menghasilkan embrio yang lebih besar pula., begitu pula panas yang dibutuhkan untuk pembentukan dan perkembangan embrio akan semakin besar pula.

G. LEBIH BAIK KELEMBABAN TINGGI DARIPADA KELEMBABAN RENDAH.

Satuan untuk menghitung dari kelebaban adalah prosentase (%). Semakin tinggi sebarannya maka semakin memberikan proses pipping (peretakan cangkang telur) yang lebih sempurna, yang pada akhirnya memberikan tingkat daya tetas yang meningkat. Mengapa semikin tinggi Rh semakin baik dalam proses penetasan karena dengan tinggi Rhnya maka embrio akan mudah menyerap Ca dan P yang ada di cangkang telur yang dapat digunakan sbg pembentukan tulang, sehingga pada proses pipping yang berperan dens ovifragusnya maka pemecahan telur saat pipping dapat berjalan dengan sempurna. Selain hal tersebut pada kelembaban tinggi akan menghasilkan anak-anak unggas yang tidak cacat sebab asupan Ca dan P tercukupi.

H. JARAK BAK AIR PADA MESIN PENETAS BERPENGARUH TERHADAP PROSES PIPPING.

Perlu diketahui bahwa normal atau tidak normalnya besaran kelembaban (%) dalam mesin tetas dapat berpengaruh terhadap proses pipping dan pada akhirnya akan menyebabkan tingkat daya tetasnya. Sumber adanya kelembaban tingig atau rendah berasal dari bak air dalam mesin tetas dan penyemprotan pada permukaan telur tetas yang ditetaskan dalam mesin tetas. Bak air dalam mesin tetas pada mesin tetas type Still mutlak adanya. Saran penulis usahakan luasan bak air sebesar luasan dari rak telur. Jika syarat tersebut tak dipenuhi, pasti akan menghasilkan daya tetas yang rendah, begitu pula jarak bak air dengan jarak rak telur sebaiknya diusahan sedekat mungkin (2 sampai 5 cm). Jika kedua syarat itu dipenuhi maka akan menghasilkan tingkat daya tetas yang tingi. Mengapa? karena dengan luasan dan ketinggian yang berimbang maka akan menghasilkan besaran persentase kelembaban yang optimal untuk menetaskan telur unggas, karena akan memberikan tingkat kelembaban antara 60 – 80 %, besaran persentase tersebut sudah memenuhi untuk proses penetasan.

I. SUHU MESIN PENETAS TIPE STILL AIR LEBIH TINGGI DIBANGING TIPE FORCE,

Ada dua type mesin tetas yang digunakan dalam proses penetasan telur. Type pertama adalah jenis mesin type Still Air Incubators dan type kedua adalah Force Draught Incubator. Type Still Air Incubators biasanya berkapasitas telur yang ditetaskan terbatas, yaitu sekitar antara 100 a/d 350 butir telur ras. Sumber pemanasnya bisa berasal dari minyak tanah (teplok), listrik, briket bioarang (anglo). Oleh karena fokus pemanas terpancar pada satu titik ke permukaan telur saja berakibat penerimaan panasnya tidak dapat merata sehingga type ini mutlak harus dibalik agar mendapat panas yang merata. Dengan demikian karena Still panasnya hanya dari permukaan atas saja maka suhunya harus lebih besar bila dibandingkan dengan Force. Force panasnya berasal dari kipas angin (box fan) yang ada di dalammnya, yang mana panas tersebut akan didistribusikan ke segala arah, sehingga dengan suhu yang rendah bila dibandingkan dg still, force sudah bisa memanasi telur-telur yang ditetaskan.

J. APAKAH DIPERLUKAH PEMUTARAN TELUR SELAMA PROSES PENETASAN?

Ada terdapat 2 type mesin tetas yang ada di pasaran saat ini, yaitu type Still Air dan type Force Draught. Type still karena fokus dan atau sumber pemanas mengarah ke satu titik saja yaitu titik kepermukaan rak telur dalam mesin tetas. Itu berarti aliran panasnya tidak merata ke seluruh permukaan telur yang ditetaskan, dengna demikian mesin tetas type StillAir mutlak harus dibalik atau diputar setiap saat. Pertanyaannya berapa kali ? jawabannya setiap detik, setiap menit, setiap jam, atau bahkan setiap hari BOLEH DILAKUKAN, tetapi inggat! jika setiap detik, atau setiap menit atau setiap jam dilakukan pembalikan RESIKONYA suhu dalam mesin tetas akan BERFLUKTUASI (situasi suhu yang berfluktuasi inilah menyebabkan emrio akan mati sehingga daya tetasnya NOL). Nah agar diperoleh suhu yang merata dan suhu yang tak berfluktuasi maka sebaiknya pemutaran atau pembalikan telur dilakukan sehari 3 kali saja yaitu pagi, siang dan sore hari, ini akan menghasilkan panas yang merata berakibat embrio berkembang dengan sempurna dan akan memberikan tingkat daya tetas yang tinggi. Sedangkan type Force, karena adanya kipas angin yang otomatis dalam mesin tetasnya maka akan memberikan panas yang merata ke semua penjuru permukaan telur pada rak telurnya. Dengan demikian type mesin tetas ini tak perlu dibalik atau diputar.

K. BOLEHKAH DALAM SATU MESIN TETAS DITETASKAN 3 JENIS TELUR YANG BERBEDA?

Setiap jenis bangsa unggas yang berbeda, akan menghasilkan telur yang berbeda pula baik warna, bobot dan bentuknya. Sedangkan seleksi telur tetas yang akan ditetaskan meliputi : bobot telur, umur simpan telur, warna telur, masa inkubasi telur dlsb. Secara faktual dari 3 jenis telur dari telur (misalnya) telur puyuh, ayam ras dan itik; mempunyai karakteristik yang sangat berbeda : 1. Bila ditinjau dari bobotnya (telur puyuh bobotnya sekitar 10 – 11 gram, ayam ras 55 – 60 gram sedangkan telur itik sekitar 60 - 70 gram), 2. Bila ditinjau dari masa inkubasinya ( telur bermasa inkubasi 18 hari, ayam 21 hari dan itik 28 hari), 3. Bila ditinjau dari masa kritis ( telur puyuh mempunyai masa kritis I : hari ke 1 s/d hari 3 dan masa kritis ke II hari ke 15 s/d hari ke 18; telur ayam mempunyai masa kritis I hari ke 1 s/d hari ke 3 dan masa kritis II hari ke 18 s/d hari ke 21; sedangkan itik mempunyai masa kritis I hari ke 1 s/d hari ke3 dan masa kritis II hari ke 25 s/d hari ke 28). Nah, dengan melihat adanya perbedaan yang sangat prinsip tersebut terutama MASA KRITISNYA, maka jika ke 3 jenis telur unggas yang berbeda bangsanya tersebut ditetaskan bersamaan dalam satu mesin tetas DIPASTIKAN TAK AKAN MENETAS, mengapa karena saat masa kritis ke II untuk puyuh mesin tetas tak boleh dibuka dan tak boleh dibalik, untuk ayam dan itik masih bisa dibuka dan dibalik, sehingga terjadi KEKACAUAN DALAM PENGETRAPAN MASA KRITIS KE II nya, padahal masa kritis kedualah yang berperan penting dalam proses pipping dan tingkat daya tetasnya. Dengan dapat disimpulkan TIDAK DIPERKENANKAN DITETASKAN DARI KETIGA JENIS TELUR UNGGAS YANG BERBEDA BANGSANYA.

L. PERLUKAH FUMIGASI PADA TELUR DAN ATAU MESIN TETAS ?

Fumigasi adalah mensucihamakan mesin tetas dari mikroorganisme yang menenmpel dan atau masuk dalam mesin tetas dengan menggunakan zat kimia. Zat kimia yang sering digunakan adalah KMnO4 (Kalium permanganat) yang dicampur dengan Formaldehide 40 %. Mengapa sampai saat ini zat kimia tersebut masih digunakan? karena zat kimia tersebut tidak merusak mesin tetas dan peralatannya, tidak tergantung dari suhu dan kelembaban linkungan baik lingkungan internal dan eksternal dari mesin tetas, murah harganya, mudah melakukannya, dan mudah didapat/dibelinya, dan yang paling penting tidak membahayakan operator yang melakukannya serta telur yang fertil yang ada dalam mesin tetas tersebut. Cara menggunakan zat kimia tersebut adalah sebagai berikut : mesin tetas dan peralatannya atau telur yang telah dimasukkan dalam mesin tetas, campuran KMnO4 ( 3 gram ) dicampur dengan 3 sendok makan yang ditempatkan pada bekas gelas air mineral, kemudian ditutup selama 15 menit, kemudian dibuka (sudah bisa digunakan). Dalam menjalankan fumigasi sebaiknya setelah proses penetasan berakhir.

M. KAPAN SEBAIKNYA PENGAMBILAN ANAK UNGGAS HASIL TETASAN?

Keberhasilan dalam proses penetasan tolok ukurnya adalah tingkat fertilitas dan daya tetas. Semakin tinggi tingkat fertilitas telur yang tetaskan (tentunya faktor mesin tetas dan operatornya normal) maka daya tetasnya akan tinggi pula sebaliknya. Dengan demikian kapan dan bagaimananya hasil tetasannya diambil dari mesin tetas. Pengambilan hasil tetasannya diambil dengan rumus adalah sebagai berikut : MASA INKUBASI TELUR + 24 jam. Jadi sebagai misal antuk puyuh karena ber masa inkubasi 18 hari ditambah 24 jam = hari ke 19.


Related posts :







Cari Artikel Seputar Unggas Disini


Leave a Reply

Silahkan beri komentar setelah Anda membaca Artikel di blog ini